Diagnosis Keperawatan (4)
PENGERTIAN
Diagnosis
Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito,
2000; Gordon, 1976 & NANDA).
Diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang
diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan
gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan
kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang
perawat.
KOMPONEN
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Rumusan diagnosis keperawatan mengandung tiga
komponen utama, yaitu :
1. Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan klien
dimana tindakan keperawatan dapat diberikan. Masalah
adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak
terjadi.
Tujuan :
menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas
dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan disusun dengan menggunakan
standart yang telah disepakati (NANDA, Doengoes, Carpenito, Gordon, dll),
supaya :
a. Perawat
dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum
b. Memfasilitasi
dan mengakses diagnosa keperawatan
c. Sebagai
metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan masalah
medis
d. Meningkatkan
kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data pengkajian dan
intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
2. Etiologi
(E/penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah
kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya
meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :
a.
Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau
kronis yang dapat menyebabkan / mendukung masalah.
b.
Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi
sosial, dll)
c.
Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) :
keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan
perawatan.
d.
Maturasional :
·
Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
·
Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
·
Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
3. Sign &
symptom (S/tanda & gejala), adalah ciri, tanda atau gejala, yang
merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Jadi rumus diagnosis keperawatan adalah : PE / PES.
PERSYARATAN PENYUSUNAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.
Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadap
situasi atau keadaan yang dihadapi
2.
Spesifi dan akurat (pasti)
3.
Dapat merupakan pernyataan dari penyebab
4.
Memberikan arahan pada asuhan keperawatan
5.
Dapat dilaksanakan oleh perawat
6.
Mencerminan keadaan kesehatan klien.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENENTUKAN DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
1.
Berorientasi kepada klien, keluarga dan masyarakat
2.
Bersifat aktual atau potensial
3.
Dapat diatasi dengan intervensi keperawatan
4.
Menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat,
serta faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut.
ALASAN PENULISAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
2.
Memberikan kesatuan bahasa dalam profesi keperawatan
3.
Meningkatkan komunikasi antar sejawat dan profesi kesehatan
lainnya
4.
Membantu merumuskan hasil yang diharapkan / tujuan yang tepat dalam
menjamin mutu asuhan keperawatan, sehingga pemilihan intervensi lebih akurat
dan menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi
5.
Menciptakan standar praktik keperawatan
6.
Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
PROSES PENYUSUNAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Klasifikasi
& Analisis Data
Pengelompokkan data adalah mengelompokkan
data-data klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan
kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Pengelmpkkan
data dapat disusun berdasarkan pola respon manusia (taksonomi NANDA) dan/atau
pola fungsi kesehatan (Gordon, 1982);
Respon Manusia (Taksonomi NANDA II) :
a.
Pertukaran
b.
Komunikasi
c.
Berhubungan
d.
Nilai-nilai
e.
Pilihan
f.
Bergerak
g.
Penafsiran
h.
Pengetahuan
i.
Perasaan
Pola Fungsi
Kesehatan (Gordon, 1982) :
a.
Persepsi kesehatan : pola
penatalaksanaan kesehatan
b.
Nutrisi :
pola metabolisme
c.
Pola eliminasi
d.
Aktivitas
: pola latihan
e.
Tidur :
pola istirahat
f.
Kognitif :
pola perseptual
g.
Persepsi diri :
pola konsep diri
h.
Peran :
pola hubungan
i.
Seksualitas :
pola reproduktif
j.
Koping :
pola toleransi stress
k.
Nilai :
pola keyakinan
2. Mengindentifikasi
masalah klien
Masalah klien merupakan keadaan atau situasi
dimana klien perlu bantuan untuk mempertahankan atau meningkatkan status
kesehatannya, atau meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan oleh perawat
sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang dimilikinya
Identifikasi masalah klien dibagi menjadi :
pasien tidak bermasalah, pasien yang kemungkinan mempunyai masalah, pasien yang
mempunyai masalah potensial sehingga kemungkinan besar mempunyai masalah dan
pasien yang mempunyai masalah aktual.
a.
Menentukan kelebihan klien
Apabila
klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan bahwa
klien memiliki kelebihan dalam hal tertentu. Kelebihan tersebut dapat digunakan
untuk meningkatkan atau membantu memecahkan masalah yang klien hadapi.
b.
Menentukan masalah klien
Jika klien
tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut mengalami keterbatasan
dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
c.
Menentukan masalah yang pernah dialami oleh klien
Pada tahap
ini, penting untuk menentukan masalah potensial klien. Misalnya ditemukan
adanya tanda-tanda infeksi pada luka klien, tetapi dari hasil test
laboratorium, tidak menunjukkan adanya suatu kelainan. Sesuai dengan teori,
maka akan timbul adanya infeksi. Perawat kemudian menyimpulkan bahwa daya tahan
tubuh klien tidak mampu melawan infeksi.
d.
Penentuan keputusan
·
Tidak ada masalah, tetapi perlu peningkatan status dan fungsi
(kesejahteraan) : tidak ada indikasi respon keperawatan, meningkatnya status
kesehatan dan kebiasaan, serta danya inisiatif promosi kesehatan untuk
memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga.
·
Masalah kemungkinan
(possible problem) : pola mengumpulkan data yang lengkap untuk memastikan ada
atau tidaknya masalah yang diduga
·
Masalah aktual, resiko, atau sindrom : tidak mampu merawat karena
klien menolak masalah dan pengobatan, mulai untuk mendesain perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencegah, menurunkan, atau menyelesaikan
masalah.
·
Masalah kolaboratif :
konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional yang ompeten dan bekerja
secara kolaboratif pada masalah tersebut. Masalah kolaboratif adalah komplikasi
fisiologis yang diakibatkan dari patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan
dan situasi yang lain. Tugas perawat adalah memonitor, untuk mendeteksi status
klien dan kolaboratif dengan tenaga medis guna pengobatan yang tepat.
3. Memvalidasi
diagnosis keperawatan
Adalah menghubungkan dengan klasifikasi
gejala dan tanda-tanda yang kemudian merujuk kepada kelengkapan dan ketepatan
data. Untuk kelengkapan dan ketepatan data, kerja sama dengan klien sangat
penting untuk saling percaya, sehingga mendapatkan data yang tepat.
Pada tahap ini, perawat memvalidasi data yang
ada secara akurat, yang dilakukan bersama klien/keluarga dan/atau masyarakat.
Validasi tersebut dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan atau pernyataan
yang reflektif kepada klien/keluarga tentang kejelasan interpretasi data.
Begitu diagnosis keperawatan disusun, maka harus dilakukan
validasi.
4. Menyusun
diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritasnya
Setelah perawat mengelompokkan,
mengidentifikasi, dan memvalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat
pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosis keperawatan. Diagnosa
keperawatan dapat bersifat aktual, resiko, sindrom, kemungkinan dan
wellness.
Menyusun diagnosis keperawatan hendaknya
diurutkan menurut kebutuhan yang berlandaskabn hirarki Maslow (kecuali untuk
kasus kegawat daruratan — menggunakan prioritas berdasarkan “yang mengancam
jiwa”) :
Berdasarkan Hirarki Maslow : fisiologis,
aman-nyaman-keselamatan, mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi
diri
Griffith-Kenney Christensen : ancaman kehidupan dan kesehatan, sumber
daya dan dana yang tersedia, peran serta klien, dan prinsip ilmiah dan praktik
keperawatan.
KATEGORI DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Diagnosis
Keperawatan Aktual
Diagnosis keperawatan aktual (NANDA) adalah
diagnosis yang menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui
batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi. Diagnosis keperawatan
mempunyai empat komponen : label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor
yang berhubungan.
Label merupakan deskripsi tentang definisi
diagnosis dan batasan karakteristik. Definisi menekankan pada kejelasan, arti
yang tepat untuk diagnosa. Batasan karakteristik adalah karakteristik yang
mengacu pada petunjuk klinis, tanda subjektif dan objektif. Batasan ini juga
mengacu pada gejala yang ada dalam kelompok dan mengacu pada diagnosis
keperawatan, yang teridiri dari batasan mayor dan minor.
Faktor yang berhubungan merupakan etiologi
atau faktor penunjang. Faktor ini dapat mempengaruhi perubahan status
kesehatan. Faktor yang berhubungan terdiri dari empat komponen : patofisiologi,
tindakan yang berhubungan, situasional, dan maturasional.
Contoh diagnosis keperawatan aktual :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan transport oksigen, sekunder
terhadap tirah baring lama, ditandai dengan nafas pendek, frekuensi nafas 30
x/mnt, nadi 62/mnt-lemah, pucat, sianosis.
2. Diagnosis
Keperawatan Resiko
Diagnosis keperawatan resiko adalah keputusan
klinis tentang individu, keluarga atau komunitas yang sangat rentan untuk
mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama
atau hampir sama.
Validasi untuk menunjang diagnosis resiko
adalah faktor resiko yang memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat
terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan batasan karakteristik.
Penulisan rumusan diagnosis ini adalag : PE (problem & etiologi).
Contoh : Resiko penularan TB paru berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko penularan TB Paru, ditandai dengan
keluarga klien sering menanyakan penyakit klien itu apa dan tidak ada upaya
dari keluarga untuk menghindari resiko penularan (membiarkan klien batuk
dihadapannya tanpa menutup mulut dan hidung).
3. Diagnosis
Keperawatan Kemungkinan
Merupakan pernyataan tentang masalah yang
diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk
memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor resiko.
Contoh : Kemungkinan gangguan konsep diri :
gambaran diri berhubungan dengan tindakan mastektomi.
4. Diagnosis
Keperawatan Sejahtera
Diagnosis keperawatan sejahtera adalah
ketentuan klinis mengenai individu, kelompok, atau masyarakat dalam transisi
dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik. Cara
pembuatan diagnsosis ini adalah dengan menggabungkan pernyataan fungsi positif
dalam masing-masing pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang
disahkan. Dalam menentukan diagnosis keperawatan sejahtera, menunjukkan
terjadinya peningkatan fungsi kesehatan menjadi fungsi yang positif.
Sebagai contoh, pasangan muda yang kemudian
menjadi orangtua telah melaprkan fungsi positif dalam peran pola hubungan.
Perawat dapat memakai informasi dan lahirnya bayi baru sebagai tambahan dalam
unit keluarga, untuk membantu keluarga mempertahankan pola hubungan yang
efektif.
Contoh : perilaku mencari bantuan kesehatan
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru.
5. Diagnosis Keperawatan Sindrom
Diagnosis keperawatan sindrom merupakan
diagnosis keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosis keperawatan aktual
atau resiko, yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu.
Contoh : sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan fisik.
MASALAH KOLABORATIF
Masalah
kolaboratif adalah masalah yang nyata atau resiko yang mungkin terjadi akibat
komplikasi dari penyakit atau dari pemeriksaan atau akibat pengobatan, yang
mana masalah tersebut hanya bisa dicegah, diatasi, atau dikurangi dengan
tindakan keperawatan yang bersifat kolaboratif. Label yang digunakan adalah :
Potensial Komplikasi (PK).
MENCEGAH KESALAHAN DALAM MEMBUAT DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Tidak menggunakan istilah medis. Jika harus,
hanya sebatas memperjelas, dengan diberi pernyataan `sekunder terhadap`.
Ex : mastektomi b.d kanker
2. Tidak
merumuskan diagnosis keperawatan sebagai suatu diagnosa medis
Ex : Resiko pneumonia
3. Jangan
merumuskan diagnosis keperawatan sebagai suatu intervensi keperawatan
Ex : Menggunakan pispot sesering mungkin b.d
dorongan ingin berkemih
4. Jangan
menggunakan istilah yang tidak jelas. Gunakan istilah / pernyataan yang lebih
spesifik.
Ex : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
b.d kesulitan bernafas
5. Jangan
menulis diagnosis keperawatan yang mengulangi instruksi dokter
Ex : Instruksi untuk puasa
6. Jangan
merumuskan dua masalah pada saat yang sama
Ex : Nyeri dan takut b.d prosedur operasi
7. Jangan
menghubungkan masalah dengan situasi yang tidak dapat diubah
Ex : Resiko cedera b.d kebutaan
8. Jangan
menuliskan etiologi atau tanda/gejala untuk masalah
Ex : Kongesti paru b.d tirah baring lama
9. Jangan
membuat asumsi
Ex : Resiko perubahan peran b.d tidak
berpengalaman menjadi ibu baru.
10. Jangan
menulis pernyataan yang tidak bijaksana secara hokum
Ex : Kerusakan integritas kulit b.d posisi klien tidak diubah
setiap 2 jam.
DOKUMENTASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.
Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk masalah
resiko
2.
Catat diagnosis keperawtaan resiko ke dalam format diagnosis
keperawatan
3.
Gunakan istilah diagnosis keperawatan yang ada dalam NANDA (
terbaru : 2007 – 2008 )
4.
Mulai pernyataan diagnosis keperawatan dengan mengidentifikasi
informasi tentang data untuk diagnosis keperawatan
5.
Masukkan pernyataan diagnosis keperawatan ke dalam daftar masalah
6.
Hubungkan setiap diagnosis keperawatan ketika menemuan masalah
perawatan
7.
Gunakan diagnosis keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian,
perencanaan, intervensi dan evaluasi.
TUJUAN
DOKUMENTASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.
Mengkomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan
2.
Mendemonstrasikan tanggung jawab dalam identifikasi masalah klien
3.
Mengidentifikasi masalah utama untuk perkembangan intervensi
keperawatan.
Diagnosis
keperawatan saat ini dapat mengacu ke NANDA 2007-2008 dengan beberapa revisi
diagnosis, contohnya:
“Gangguan
pola tidur” (2005-2006) menjadi “Insomnia” (2007-2008).
Selain itu
terdapat juga diagnosis keperawatan yang baru, diantaranya untuk peningkatan
gula darah.